Jumat, 20 Juni 2014

Kisah Inspirasi

 hai semuanya ini saya mau berbagi bacaan yang menginspirasi saya yang saya ambil dari liputan6.com sekedar info nih kisah yang menginspirasi ini datang dari salah satu anak bidikmisi lohh... semoga menginspirasi untuk semua anak bidikmisi dan mahasiswa lainya khusus nya saya sendiri semoga mangkin berprestasi AMIIIIIIN selamat membaca :)

 

Kisah Raeni si Anak Tukang Becak Kejar Ilmu Hingga Inggris

Raeni, wisudawati ber-IPK 3,96 dan ayahnya Mugiyono. (Unnes.ac.id/Humas/Lintang Hakim)
Liputan6.com, Jakarta - Oleh: Silvanus Alvin, Edhie Prayitno Ige, Tanti Yulianingsih, Mevi Linawati
Raut wajah Mugiyono berseri-seri tak kuasa menahan senyum yang menampilkan deretan giginya yang putih. Dia bersemangat mengayuh becaknya mengantar gadis manis yang berdandan rapi dan memakai toga wisuda. Maklum, gadis yang menumpang becaknya adalah putri bungsunya.
Raeni, namanya. Penerima beasiswa Bidik Misi yang mengambil Jurusan Pendidikan Akuntansi Fakultas Ekonomi (FE) Universitas Negeri Semarang (Unnes) itu, berangkat ke lokasi wisuda dari indekosnya diantar ayahnya dengan becak.
Raeni dan ayahnya langsung menjadi perhatian para keluarga wisudawan dan puluhan wartawan Selasa 10 Juni 2014 kemarin. Kendati demikian, senyum bangga tetap menghiasi wajah Raeni, juga sang bapak.
Ayah Raeni memang bekerja sebagai tukang becak, yang setiap hari mangkal tak jauh dari rumahnya di Kelurahan Langenharjo, Kendal.
Pekerjaan itu dilakoni Mugiyono, setelah ia berhenti sebagai karyawan di pabrik kayu lapis. Sebagai tukang becak, penghasilannya tak menentu. Sekitar Rp 10-Rp 50 ribu per hari. Karena itu, ia juga bekerja sebagai penjaga malam sebuah sekolah dengan gaji Rp 450 ribu per bulan.
Meski dari keluarga kurang mampu, Raeni berkali-kali membuktikan keunggulan dan prestasinya. Dia beberapa kali memperoleh indeks prestasi 4. Sempurna!
Prestasi itu dipertahankan hingga ia lulus, sehingga ia ditetapkan sebagai wisudawati terbaik dengan Indeks Prestasi Komulatif (IPK) 3,96.
Raeni juga menunjukkan tekad baja, agar bisa menikmati masa depan yang lebih baik dan membahagiakan keluarganya. "Selepas lulus sarjana, saya ingin melanjutkan kuliah lagi. Pengin-nya melanjutkan (kuliah) ke Inggris. Ya, kalau ada beasiswa lagi," kata gadis yang bercita-cita menjadi guru tersebut.
Tentu saja cita-cita itu didukung sang ayahanda. Mugiyono mendukung putri bungsunya itu untuk berkuliah, agar bisa menjadi guru sesuai cita-citanya.
"Sebagai orangtua hanya bisa mendukung. Saya rela mengajukan pensiun dini dari perusahaan kayu lapis agar mendapatkan pesangon," kata pria yang mulai menggenjot becak sejak 2010 itu.
Rektor Unnes Fathur Rokhman mengatakan, apa yang dilakukan Raeni membuktikan tidak ada halangan bagi anak dari keluarga kurang mampu untuk bisa berkuliah dan berprestasi.
"Meski berasal dari keluarga dengan kondisi ekonomi yang kurang, Raeni tetap bersemangat dan mampu menunjukkan prestasinya. Sampai saat ini Unnes menyediakan 26% dari jumlah kursi yang dimilikinya, untuk mahasiswa dari keluarga tidak mampu. Kami sangat bangga dengan apa yang diraih Raeni," kata Fathur.
Ubah Minder Jadi Prestasi
Semangat dan kecerdasan Raeni membuat banyak orang berdecak kagum. Namun demikian, dia mengaku sempat minder karena pekerjaan ayahnya sebagai pengayuh becak.
"Dulu pernah minder orangtua tukang becak. Tapi, kenapa minder? Beliau orangtua saya, mendidik saya, meski tidak memberi biaya hidup banyak (saat kuliah), tapi mendukung saya. Saya sangat bangga," katanya.
Selama kuliah, ia dikenal cerdas dan disiplin. Bahkan, berkali-kali menjuarai lomba dan memperoleh hadiah uang tunai, yang sebagian disisihkan untuk diberikan kepada orangtuanya, Mugiyono dan Sujamah.
Gadis kelahiran 13 Januari 1993 itu juga sangat aktif di kampus, antara lain dengan menjadi Tenaga Laboratorium Asistenship Pendidikan Akuntansi FE Unnes dan Tenaga Laboratorium Asistenship Jurusan Pendidikan Ekonomi FE Unnes. Nilai 4 dalam IPK-nya seakan menjadi rutinitas sejak masuk kuliah. Menurut Raeni, manajemen waktu menjadi kunci suksesnya.
Putri kedua pasangan Mugiyono dan Sujamah selalu mendapat IPK cumlaude selama menimba ilmu. Raeni mengaku sangat mengatur waktu belajarnya bahkan ketika jeda pergantian jam mata kuliah.
"Kadang kalau ada materi yang belum dimengerti saya menghubungi dosen saat jeda jam kuliah. Jadi nantinya tidak hanya mendapat nilai saja tapi benar-benar mengerti," ungkap Raeni.
Meski belajar dan mengerjakan tugas menjadi prioritas saat kuliah, ia tetap menjaga komunikasinya dengan teman-teman. "Kalau jeda kuliah saya juga interaksi dengan teman, update info juga," kata saat ditemui di rumah kosnya, Jalan Kalimasada nomor 24, Semarang.
Penerima beasiswa Bidikmisi itu tidak hanya disiplin dalam hal akademik. Di kehidupan sehari-harinya di kos, Raeni tetap dikenal sebagai sosok disiplin oleh penghuni dan ibu kos. Ia selalu berusaha menjalankan salat berjamaah di Masjid, seperti yang diajarkan orangtuanya.
Sejak kuliah ia nyaris tak pernah merepotkan kedua orangtua. Sejak semester 3, Raeni sudah berusaha mencari penghasilan tambahan dengan memberikan les private kepada murid SMA.
Sosok Mugiyono yang sempat membuatnya minder, ternyata mampu membentuk Raeni berdisiplin, sportif, dan hidup sederhana.
Nama Raeni sudah sampai ke telinga Anies Baswedan. Keberhasilan putri tukang becak itu membuat pelopor gerakan Indonesia Mengajar itu ingin berkomunikasi secara langsung dengan Raeni. Apalagi Raeni ingin menjadi pendidik.
"Saya sudah bicara via telepon tadi," ujar Anies di Hotel Mulia, Jakarta, Kamis 12 Juni 2014.
Setelah berkomunikasi dengan Raeni, Anies baru mengetahui jika lulusan terbaik Unnes itu sudah mengikuti tes masuk Indonesia Mengajar. Bahkan, Raeni bakal menghadapi ujian wawancara.
"Dia lagi tes Indonesia Mengajar. Dia sudah lolos fase pertama. Nanti akan fase kedua, direct assessment atau wawancara," tuturnya.
Meski Raeni tengah menjadi buah bibir, namun Anies menegaskan, jalannya ujian masuk akan berlangsung objektif.
Ditawari Beasiswa ke Inggris
Kepala Humas Unnes Sucipto Hadi Purnomo mengabarkan, sejumlah perusahaan menyatakan minatnya untuk merekrut sarjana pendidikan ekonomi ini bekerja. Selain itu, sebuah foundation juga menyatakan minatnya menyeponsori gadis kelahiran Kendal ini kuliah S2 di Inggris.
Sementara itu, Rektor Unnes Fathur Rokhman di Jakarta mengabarkan, pihaknya akan memfasilitasi Raeni untuk kuliah S2 seperti cita-citanya. "Beasiswa itu kami upayakan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan," katanya.
Bagi Fathur, Raeni telah memberikan pesan penting kepada kita bahwa pendidikan dapat menjadi alat memotong mata rantai kemiskinan. Pemerintah telah mengupayakan supaya anak-anak berpestasi dari keluarga tidak mampu dapat menikmati pendidikan tinggi.
"Di luar itu, yang paling penting dari diri Raeni adalah tentang pentingnya kesungguhan. Dia membuktikan kepada kita semua, kondisi keluarga yang berkekurangan tidak jadi kendala jika diiringi dengan tekad yang kuat," tandasnya. (Rmn)
(Mevi Linawati)

Jumat, 06 Juni 2014

Pedagogi dan Andragogi

Nama  : Maimunah
NIM    : 131301018

Assalamualaikum 
Akhirnya untuk yang kesian kalinya saya akan menceritakan pengalaman pengalaman saya. Kali ini berbeda karena saya akan menceritakan pengalaman saya tentang konesep andragogi dan pedagogi, nah sebelum saya menuangkan pengalaman saya, saya ingin memberikan informasi sedikit mengenai apa itu andragogi dan pedagogi, jadi Andragogi adalah proses untuk melibatkan peserta didik dewasa ke dalam suatu struktur pengalaman belajar. Sedangkan Pedagogi adalah ilmu atau seni dalam menjadi seorang guru. Istilah ini merujuk pada strategi pembelajaran atau gaya pembelajaran.
Oke baiklah selamat membaca 
Jika dilihat dari segi siswa atau pembelajar, dalam pedagogi, seingat saya ketika saya masih Sekolah Dasar bahkan sampai saya duduk dibangku Sekolah Menengah Atas, saya sangat tergantung pada guru. Guru mengasumsikan dirinya bahwa ia bertanggung jawab penuh terhadap apa yang akan diajarkan dan bagaimana mengajarkannya.Gurulah yang mengevaluasi hasil belajar. jadi saya sebagi siswa hanya menjalani apa saja yang diperintahkan dan mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru saya dulu, ketika saya masih berstatus sebagai seorang siswa. Namun ketika saya sudah menjadi seorang mahasiswa ini sangat jauh berbeda jadi saya dituntut untuk menjadi seorang yang mandiri. Sayalah yang mengarahkan diri saya sendiri untuk belajar apa dan bagaimana. Jadi tidak lagi bergantung pada guru atau dosen. Guru atau dosen hanyalah sebagai seorang fasilitator. Akhirnya saya sadari mengapa dosen saya selalu mengatakan “kami hanya lah seorang fasilitator”. Jadi ini yang dinamakan sebagai andragogi.
Bisa juga dilihat dari sisi peran siswa dan pengalaman belajar, dalam pedagogi, pengalaman guru yang lebih dominan. Jadi ketika saya masih menjadi seorang siswa saya hanya mengikuti aktifitas belajar, dimana saya sendiri tidak banyak mengalami sesuatu kecuali sebagai peserta pasif jadi saya hanya datang kesekolah, duduk diam dan pulang. Sedangkan andragogi,saya mengalami sesuatu secara leluasa. Pengalaman-pengalaman saya yang menjadi sumber utama seperti saya harus dituntut untuk menjadikan diri saya sebagai sumber belajar, sehingga saya harus aktif seperti yang saya lakukan ikut belajar kelompok, memecahkan masalah pembelajaran yang tidak saya ketahui dengan searching melalui internet dan menanyakan kepada teman saya.
Jika dilihat dari sisi motivasi belajar, dalam pedagogi, motivasi  itu datang dari luar, jadi begini ketika saya masih bersekolah guru saya itu selalu menyuruh dan memaksakan atau mewajibkan bahkan dituntut untuk mengikuti pendidikan yang ia ajarkan yang saya ingat salah satu nya saat ini adalah guru Bahasa Indonesia saya saat Sekolah Menengah Atas, kami selalu menyebut nya sebagai Buk TR, ialah yang selalu memaksa untuk mengikuti apa yang ia sampaikan dan ternyata ini sebuah konsep pedagogi. Berbeda sekali dengan pengalaman yang saat ini saya sedang jalani, dalam andragogi motivasi itu datang dari dalam diri saya sendiri. Jadi saya sudah tidak pernah lagi, ada yang memaksa, dan mewajibkan saya untuk belajar. jadi saya lah yang menentukan bagaimana yang terbaik untuk diri saya.
Saat ini usia saya sudah 19 tahun. dan andragogi ini sudah saya dapatkan sesuai dengan pengalaman yang saya alami saat saya berkuliah di Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara,  jadi saya sudah tidak bergantung lagi pada Dosen saya, melainkan sayalah yang dituntut untuk mandiri. Salah satu nya yaitu saya selalu mencari tau sendiri pelajaran yang akan dipelajari saat perkuliahanan serta mempersentasikan sendiri materi perkuliahan tanpa ada  bergantung lagi pada seorang dosen. Jadi kami di Fakultas Psikologi USU, menurut saya menerapkan andragogi.
Eitz belum selesai saya akan menambahkan juga sedikit informasi bahwa menurut mbah Malcom Knowles (1984), dalam bukunya, “Self-directed Learning”. Andragogy memang merupakan teori orang dewasa. Oleh karena itu, orang dewasa harus diajar dengan pendekatan andragogi seperti yang sudah diterapkan oleh Fakultas Psikologi USU yang kucintai 
Sekian terimakasih yang sudah meluangkan waktunya untuk membaca  jika ada kritik dan saran yang dapat membangun silahkan beri komentar yang positif ya.
#keep smile 